Baliku..........oh,
sebuah ceritera tentang Bali
Apa
yang aku rasakan tentang Bali dimasa lalu ketika aku masih
anak-anak sampai remaja di kampungku dan dimasa kini setelah 36 tahun
meninggalkan Bali akan kuceriterakan buat anda setelah kepulanganku dari
kampung halamanku baru-baru ini . |
Aku sebagai objek tentang Bali dimasa
lalu...........................
|
|
|
Tradisi kesenian dalam kehidupan keseharian di pulau Bali |
|
Pemandangan kampung halaman yang indah |
Masa hidupku dimulai ketika aku dilahirkan di kota
Gianyar yang terkenal sebagai kota pariwisata dan kota
kesenian di Bali. Aku bangga memiliki adat istiadat yang dikatakan unik
oleh orang-orang tentang Bali. Itu karena kata orang, bagiku yang
menjalankan hidup dan melaksanakan kegiatan ritual sehari-hari tiada
referensi yang bisa sebagai bandingan, semuanya sebagai suatu yang
biasa-biasa yang rutin harus dijalankan sebagai orang Bali. Apakah
memang benar baik ? Dibandingkan dengan apa ? Aku tidak bisa
menjawabnya. Memang ada tempat-tempat yang indah yang aku lihat, yang pernah akau kunjungi seperti pantai, pegunungan dan
tempat-tempat pariwisata. di daerahku
Yang jelas aku ketahui memang banyak
orang yang mengagumi, terbukti dengan banyaknya touris yang datang ke
Bali baik domestik maupun mancanegara untuk menikmati keindahan pulau
Bali dengan segala tradisi dan ritual kehidupan masyarakatnya yang
eksotis. Aku salah satu sebagai unsur di dalamnya yang ikut
sebagai objek menjalani tradisi itu, tidak merasakan apasih yang
perlu dikagumi, ini semuanya biasa saja rutinitas keseharian yang harus
kami jalankan sebagai tanggungjawabku lahir dan hidup di pulau Bali.
|
Aku sebagai subjek tentang Bali dimasa
kini...........................
|
|
|
Aku sebagai touris yang menikmati
keindahan Bali |
|
Panorama alam yang indah yang
mengundang decak kagum para touris |
Setelah tamat SMA aku kuliah di Jawa
dan bekerja menenetap sampai sekarang di Yogyakarta. Aku menjalani hidup
dengan percampuran Bali-Jawa dengan tradisi yang tidak sama dari tradisi
kehidupan masa kecilku di Bali. Aku mejalankan rutinitas kehidupan
sehari-hari sebagai pegawai negeri dengan tradisi kehidupan Jawa di
Yogyakarta. Sebagai orang Bali walaupun tinggal di Jawa aku tidak begitu
saja meninggalkan rutinitas kehidupan tradisi bersama orang-orang Bali
yang ada di Yogyakarta. Sudah tentu semuanya telah mengalami penyesuaian
antara tradisi daerahku dengan tradisi orang-orang Bali dari daerah lain
yang sama-sama tinggal di Yogyakarta, begitu juga penyesuaian dengan tradisi Jawa setempat.
Sebagai orang Bali yang tinggal di
luar Bali, sekarang aku bisa merasakan sebagai subjek yang punya
referensi untuk melihat dan menilai Bali dari kaca mata orang luar. Pada
hari liburan aku sekeluarga pulang ke Bali, tidak langsung pulang
kerumah, aku sekeluarga sebagai touris mengunjungi tempat-tempat wisata,
menginap di hotel menikmati fasilitas kepariwisataan. Demikian pula pada
kunjungan kerja, pertemuan, seminar profesi yang di selenggarakan di
Bali bersama-sama teman se kantor aku datang ke Bali menikmati
fasilitas yang disediakan untuk para tamu menikmati tradisi kesenian dan
kehidupan orang-orang Bali.
Sekarang aku baru menyadari Bali
memang unik, indah dan eksotis seperti kata orang karena aku sekarang
merasakan sendiri dan membandingkannya. Bagaimana nyamannya sebagai
touris menikmati keindahan tempat pariwisata dengan segala fasilitas
yang disediakan untuk tamu-tamunya. Bagaimana keramahan masyarakatnya
menerima tamu-tamunya. Bagaimana mempesonanya tradisi kehidupan ritual,
kesenian, kerajinan yang unik untuk dinikmati
|
Aku
sebagai objek tentang Bali dimasa kini...........................
|
|
|
Aku dan aktivitas tradisi sebagai objek
untuk dinikmati |
|
Dilema tradisi dan tuntutan zaman |
Baru-baru ini aku pulang ke
Bali dalam rangka melaksanakan ritual adat dan keagamaan upacara
pengabenan salah satu orang tuaku yang telah meninggal. Aku kembali
menjadi orang Bali sebagai objek yang menjalankan tradisi seperti yang
dilaksanakan oleh orang-orang Bali pada umumnya. Sebagai objek yang bisa
dinikmati oleh para touris yang menyajikan keunikan tradisi yang
mengagumkan.
Sungguh berat melaksanakannya, betapa
panjangnya waktu yang harus disediakan untuk penyelenggaraan itu.
Bayangkan, persiapan pelaksanaan telah dimulai satu bulan sebelum hari
H, selama itu masyarakat kampung pada turun bekerja membantu. Pekerjaan
yang harus dilaksanakan sangat rumit untuk menciptakan suatu
keindahan yang bisa dinikmati oleh para touris. Suatu kreasi yang
diciptakan pada masyarakat agraris di masa lalu.
Bagaimana dengan masa kini
bagi orang-orang yang bekerja sebagai pegawai negeri yang tinggal sekota
apa lagi di kota-kota lain di Bali haruskah juga pulang. Aku sendiri
yang punya gawe di Bali minta izin tidak kerja seminggu sudah dirasa
cukup panjang. Haruskah ini tetap dipertahankan ? Mungkinkah bisa
disederhanakan dengan konsekuensi lenyapnya tradisi ? Zaman akan
mengoreksinya.
|
|
|
Topik lain :
Baliku
cantik,
Bali....sekali lagi Jogja graffiti, Jogja
problem sosial
|
|