Home
Tentang Kami
Staf Kami
Pelayanan Kami
Alat Ortodontik
Perawatan Ortodontik
Kasus Ortodontik
Kontak Pasien
Kontak Sejawat
Tip Profesi
Kontak Mahasiswa
Publikasi Ilmiah
Intermezzo
Galeri Foto
Yang baru hari ini
Berita dan Opini
Jogja graffiti
Problem sosial
Baliku cantik
Baliku,........oh,
Bali....sekali lagi
Web
Link
UGM
FKG UGM
FKG-UGM
(new web)
OrtodonsiaFKG UGM
DentisiaFKG UGM
DentisiaFORUM
Web UGM
E-lisaUGM
Wikipedia
Website Teman
Sejawat :
drg.
Cendrawasih AF.
drg. Ika Dewi Ana Phd.
|
Publikasi Ilmiah..............................
Secara berkala karya ilmiah kami sajikan dalam ruang ini, materinya dapat
berupa hasil penelitian kami, studi pustaka, atau karya tulis lainnya yang
kami kutip dari pelbagai sumber yang mungkin dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan . Silahkan simak sajian berut ini.......
|
|
Publikasi
ilmiah 4 :
Edisi
ini menyajikan karya tulis
drg
Wayan Ardhana,MS.SpOrt.
Bagian Ortodonsia FKG UGM
|
|
Hubungan Status Gizi dan Dimensi Lengkung Gigi
dengan Dimensi Bibir Atas
drg Wayan Ardhana, MS,Sp.Ort
Bagian Ortodonsia FKG UGM
|
|
PENDAHULUAN
Motivasi paling menonjol dari
pasien untuk merawatkan giginya di bagian ortodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada adalah karena alasan estetik. Dengan
meratakan dan merapikan susunan gigi pasien diharapkan akan dapat
meningkatkan penampilan wajahnya.
Penampilan wajah seseorang selain
dipengaruhi oleh ekspresi emosi, sangat ditentukan oleh ketebalan
jaringan lunak yang menutupi permukaan jaringan keras muka. Jaringan
lunak muka terdiri atas kulit, otot dan jaringan lemak disangga oleh
jaringan keras yang terdiri dari tulang muka dan gigi-geligi. Perubahan
muka yang paling besar didapatkan setelah dilakukan pengaturan letak
gigi dalam perawatan ortodontik adalah di daerah muka bagian bawah
terutama di daerah bibir sehingga dalam perawatan ortodontik bibir
dijadikan salah satu pertimbangan untuk menilai tingkat keberhasilan
suatu perawatan yang telah dilakukan terhadap seorang pasien1.
Perawatan ortodontik dilakukan dengan
mengatur posisi dan hubungan gigi-gigi dan rahang sehingga menimbulkan
perubahan dimensi lengkung gigi. Perubahan dimensi lengkung gigi
terutama diregio anterior yang berfungsi sebagai penyangga bibir dapat
mempengaruhi posisi dan dimensi bibir2.
Jaringan keras yang menyangga bibir sebagian
besar dilakukan oleh deretan gigi-gigi anterior dari gigi kaninus kiri
sampai kaninus kanan yang membentuk lengkung gigi anterior. Variasi
lengkung gigi anterior dapat diamati dengan mengukur : Jarak inter
kaninus, jarak diagonal dari insisal gigi kaninus ke tepi insisal bagian
mesial gigi insisivus pertama kanan dan kiri, serta panjang perimeter
lengkung gigi dari gigi kaninus kanan ke kaninus kiri3,4.
Proses tumbuh kembang seseorang secara umum
akan sangat menentukan postur tubuh dan tingkat kegemukan. Tingkat
kegemukan seseorang biasanya ditentukan dengan mengukur status gizinya.
Tingkat kegemukan seseorang khususnya didaerah muka bagian bawah akan
menentukan kontur bibir.
Perubahan yang terjadi pada jaringan lunak
profil muka tidak selalu mengikuti perubahan yang terjadi pada jaringan
kerasnya. Hal tersebut diduga terjadi karena jaringan lunak tersebut
walaupun daya elastisitasnya memungkinkan untuk mengikuti kontur
jaringan keras di bawahnya, tetapi karena jaringan lunak tersebut
mempunyai konsistensi, ketegangan dan ketebalan yang berbeda-beda
sehingga perubahan yang terjadi pada permukaan jaringan lunak muka pada
daerah tertentu menjadi tidak tampak jelas5. Ketegangan dan
ketebalan jaringan lunak muka didaerah bibir ditentukan oleh tonus otot
bibir dan ketebalan jaringan lemak didaerah tersebut. Ketebalan jaringan
lemak ditentukan oleh tingkat kegemukan seseorang yang biasanya
ditetapkan dengan indeks setatus gizi.
Secara antropometri status gizi dapat
ditentukan dengan : Indeks berat badan per umur (BB/U), Indeks berat
badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas, tetapi
penggunaan lingkar lengan atas dikatakan merupakan indikator yang labil
6,7. Untuk orang dewasa lebih cocok menggunakan indeks
perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat, yaitu
(BB/TB2) 8.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mempelajari jaringan lunak kraniofasial, baik untuk tujuan mendapatkan
norma baku maupun untuk mengevaluasi hasil suatu perawatan yang
berkaitan dengan profil muka2,9,10, tetapi analisis yang
dilakukan baik dengan analisis sefalometri maupun fotometri lebih banyak
dilakukan melalui pengamatan dari lateral.
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan
dari depan (frontal) pada foto muka subjek penelitian, untuk tujuan
menganalisis hubungan dimensi lengkung gigi terhadap dimensi lateral dan
vertikal bibir dengan mempertimbangkan juga status gizi pasien sebagai
variabel pengaruh
Dimensi lateral lengkung gigi
diukur pada model studi dengan teknik pengkuran Peck dkk11,
sedangkan dimensi lateral dan vertikal bibir diukur dengan teknik
pengukuran linier pada foto muka subjek penelitian yang diambil secara
standar sesuai dengan teknik pengukuran dari Peck dkk11 dan
Farkas dkk. 12 Untuk penyederhanaan pengukuran, beberapa
modifikasi telah dilakukan yaitu pengukuran dilakukan hanya pada model
rahang atas dan pada bibir atas saja. Karena dimensi bibir dapat
berubah-ubah saat beraktifitas maka pengukuran dilakukan pada foto muka
yang diambil pada posisi bibir istirahat, dengan keadaan otot bibir yang
tidak berkontraksi, bibir dalam keadaan terpisah, letaknya longgar
membentuk celah inter labial antara bibir atas dan bibir bawah 13.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada 60
sampel (30 laki-laki-30 perempuan) yang diambil secara random pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dengan
kriteria : suku Jawa, umur 19 – 25 tahun, belum pernah dirawat
ortodontik, gigi-gigi lengkap sampai gigi molar pertama kanan kiri,
belum pernah direstorasi jacket atau full crown, oklusi
dengan hubungan molar klas I Angle, overbite dan overjet normal.
Pengukuran dilakukan terhadap berat (kg) dan
tinggi badan (m) kemudian dihitung indeks status gizinya (BB/TB2).
Pada model studi dilakukan pengukuran dengan
kaliper geser (mm) pada model rahang atas terhadap : lebar lengkung gigi
yaitu jarak inter kaninus, jarak diagonal lengkung gigi yaitu jarak dari
insisal gigi kaninus ke tepi insisal bagian mesial gigi insisivus
pertama kanan dan kiri, serta panjang perimeter lengkung gigi dari gigi
kaninus kanan ke kaninus kiri yang diukur dengan bantuan kawat tembaga
(Gambar 1).
Gambar
1. Garis pengukuran pada model studi
1a.
Panjang perimeter lengkung gigi
1b. Jarak diagonal lengkung gigi
1c. Lebar lengkung gigi
Pada foto bibir dilakukan pengukuran diatas
plastik transparan pada bibir atas dengan menentukan posisi titik-titik
pengukuran kemudian diukur dengan kaliper geser (mm) terhadap lebar
bibir yaitu jarak titik chelion kanan dan kiri, jarak diagonal bibir
yaitu jarak titik chelion kanan ke titik labiale kanan di tambah jarak
titik chelion kiri ke titik labiale kiri. Panjang kurva bibir diukur
dengan bantuan kawat tembaga yang diletakkan pada tepi bibir atas dari
chelion kanan ke titik labiale kanan dan titik labiale kiri berakhir di
titik chelion kiri. Ketebalan bibir diukur di daerah median line dengan
mengukur jarak vertikal dari titik stomium ke tepi bibir atas (Gambar 2)
.
Gambar 2. Garis pengukuran pada bibir atas
2a. Panjang kurva bibir,
2b. Jarak diagonal bibir,
2c. Lebar bibir, 2d. Tebal bibir
Semua pengukuran dilakukan masing-masing
sebanyak dua kali kemudian di rata-rata. Data hasil pengkuran bibir pada
foto dikoreksi dengan hasil pengukuran pada objek kontrol (penggaris)
yang diletakkan didekat bibir pada waktu difoto, dihitung dengan rumus
:
A = A' B
B'
Keterangan :
A = panjang pengukuran yang sesungguhnya
A' = panjang pengukuran pada pada foto
B = panjang kontrol (penggaris) pada skala 2
cm
B' = panjang kontrol skala 2 cm yang diukur
pada foto
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil pengukuraan 60 sampel mahasiswa
FKG UGM (30 laki-laki dan 30 perempuan) yang sesuai dengan kriteria
penelitian, setelah dilakukan tabulasi di analisis dengan analisis
statistik korelasi produk momen dari Pearson didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. : Rerata, simpang
baku status gizi, lengkung gigi
dan dimensi bibir atas
sampel mahasiswa FKG
UGM suku Jawa.
Sumber |
n |
Rerata |
Simpang Baku |
Status Gizi : |
60 |
18,26 |
1,35 |
|
|
|
|
Lengkung Gigi : |
|
|
|
Lebar lengkung |
60 |
37,60 |
2,45 |
Jarak Diagonal |
60 |
42,76 |
2,31 |
Panjang Perimeter |
60 |
53,31 |
3,78 |
|
|
|
|
Dimensi Bibir : |
|
|
|
Lebar Bibir |
60 |
49,26 |
2,97 |
Jarak Diagonal Bibir |
60 |
57,86 |
1,17 |
Panjang Kurva Bibir |
60 |
54,98 |
3.50 |
Tebal Bibir |
60 |
9,71 |
1.98 |
|
|
|
|
Tabel 1 menunjukkan ukuran rerata dan
simpang baku masing-masing parameter dari ketiga variabel penelitian.
Dari tabel tersebut didapatkan beberapa pengertian :
Rerata status gizi sampel penelitian dengan
indeks sebesar 18,26 + 1,35, sedangkan tabel standar normal
status gizi menurut Martorell7 kurang dari 18,5 termasuk
kategori kurus, antara 18,5 – 25,0 termasuk kategori normal sedangkan
lebih besar dari 25,0 termasuk kategori gemuk, dengan demikan subjek
yang menjadi sampel penelitian termasuk kelompok status gizi normal
dengan variasi sebesar + 1,35 dari ukuran rerata sampel.
Tiga macam pengukuran yang
dilakukan pada lengkung gigi, didapatkan rerata dan rentang ukuran :
lebar lengkung sebesar 37,60 + 2,45, jarak diagonal sebesar 42,76
+ 2,31 dan panjang perimeter sebesar 53,31 + 3,78. Dari
ketiga hasil pengukuran tersebut menunjukkan hasil pengukukuran
perimeter lengkung gigi paling heterogen, bervariasi sekitar +
3,78 terhadap ukuran reratanya.
Pengukuran pada bibir setelah
dilakukan koreksi pembesaran foto didapatkan rerata : lebar bibir
sebesar 49,26 + 2,97, jarak diagonal bibir sebesar 57,86 +
1,17, panjang kurva bibir sebesar 54,98 + 3.50 dan tebal bibir
sebesar 9,71 + 1.98. Hasil pengukuran terhadap foto bibir
menunjukkan bahwa pengukuran panjang kurva bibir merupakan hasil
pengukuran yang paling bervariasi sebesar + 3.50 terhadap ukuran
reratanya.
Tabel 2. : Analisis korelasi produk momen
Pearson antara status
gizi dan dimensi lengkung gigi dengan dimensi
bibir
atas, sampel mahasiswa FKG UGM suku Jawa.
Sumber |
Dimensi Bibir
|
Lebar Bibir |
Jarak Diagonal |
Panjang Kurva |
Tebal
Bibir |
Status Gizi |
|
|
|
|
|
r : 0,28
p : 0,124
|
r : 0.117
p
: 0,893 |
r : 0,625
p : 0.199 |
r : 0,689
p : 0,004**
|
Lengkung Gigi |
|
|
|
|
Lebar lengkung |
r : 0,592
p : 0,018** |
r : 0,468
p : 0.027**
|
r
: 0,548
p : 0.048** |
r : 0.032
p : 0.857
|
Jarak Diagonal |
r : 0,146
p : 0,085 |
r : 0,386
p : 0,046**
|
r : 0,347
p : 0,027** |
r : 0,106
p : 0.622
|
Panjang Perimeter |
r : 0,377
p : 0,026** |
r : 0,110
p : 0,627 |
r : 0,677
p : 0,019** |
r : 0,249
p : 0,168
|
Tabel 2. menunjukkan bahwa
antara status gizi dan dimensi
Tabel 2. menunjukkan
bahwa antara status gizi dan dimensi bibir atas terdapat hubungan yang
bermakna (p<0.05) bibir atas
terdapat hubungan yang bermakna (p<0.05) hanya dengan tebal bibir
(dimensi vertikal bibir), sedangkan terhadap lebar, jarak diagonal dan
panjang kurva (dimensi lateral bibir) tidak bermakna. Hubungan tersebut
bersifat positif dengan kekuatan termasuk kategori sedang (r : 0,689).
Dengan demikian berarti bahwa pertambahan tingkat kegemukan akan
meningkatkan ketebalan bibir, tetapi tidak akan mempengaruhi lebar dan
kelengkungan bibir. Dengan meningkatnya ketebalan bibir akan dapat
mengaburkan perubahan yang tampak pada bibir jika terjadi perubahan pada
posisi gigi dan dimensi lengkung gigi akibat perawatan ortodontik5.
Perubahan pada dimensi lengkung
gigi baik terjadi karena proses pertumbuhan dan perkembangan ataupun
karena perawatan ortodontik menunjukkan bahwa : Dimensi lengkung gigi
mempunyai hubungan positif bermakna (p<0.05) dengan kategori lemah
sampai sedang dengan dimensi bibir atas yaitu lebar lengkung gigi
berkorelasi dengan lebar bibir, jarak diagonal maupun panjang kurva
bibir (dimensi lateral bibir), tetapi tidak terdapat hubungan dengan
ketebalan bibir atas (dimensi vertikal bibir). Hal ini sangat penting
untuk menjadi bahan pertimbangan ketika akan melakukan ekspansi lengkung
gigi dalam perawatan ortodontik, setiap peningkatan lebar lengkung gigi
di regio inter kaninus akan dapat meningkatkan dimensi lateral bibir
atas seseorang.
Jarak diagonal lengkung gigi yang merupakan
indikator perubahan lateroanterior lengkung gigi mempunyai hubungan
positif bermakna (p<0.05) dengan kategori sedang terhadap jarak diagonal
(dimensi lateroanterior bibir) dan panjang kurva bibir , tetapi tidak
berhubungan dengan lebar dan tebal bibir (dimensi lateral dan vertikal
bibir). Untuk meningkatkan kelengkungan bibir seseorang diperlukan
peningkatan lebar dan panjang lengkung gigi.
Panjang perimeter lengkung gigi mempunyai
hubungan positif bermakna (p<0.05) dengan kategori sedang dan lemah
terhadap lebar dan kelengkungan atau panjang kurva bibir atas.
Perubahan perimeter lengkung gigi dalam perawatan ortodontik dapat
terjadi karena bertambah rapinya susunan gigi diregio anterior akan
dapat meningkatkan lebar dan kelengkungan bibir atas seseorang,
sebaliknya pada kasus pencabutan gigi akan dapat mengurangi lebar dan
kelengkungan bibir atas seseorang.
KESIMPULAN
1.
Ketebalan jaringan lunak
didaerah bibir atas, merupakan suatu variabel yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan diagnosis, menyusun rencana perawatan dan mengevaluasi
hasil perawatan ortodontik agar dapat mencapai hasil akhir yang
memuaskan. Ketebalan bibir atas berkaitan erat dengan tingkat kegemukan
seseorang yang secara antropometri dinyatakan dengan indeks status gizi.
Indeks status gizi tidak berkorelasi dengan dimensi bibir lainnya
seperti lebar bibir, jarak diagonal bibir, maupun panjang kurva bibir.
2.
Perubahan lengkung gigi yang
terjadi baik karena proses tumbuh kembang maupun akibat perawatan
ortodontik akan cenderung menimbulkan perubahan-perubahan pada dimensi
bibir atas seperti :
a.
Lebar lengkung gigi
berkorelasi bermakna dengan lebar, jarak diagonal dan panjang kurva
bibir tetapi tidak berkorelasi dengan tebal bibir.
b.
Jarak diagonal lengkung gigi
berkorelasi bermakna dengan jarak diagonal bibir dan panjang kuva bibir
tetapi tidak berkorelasi dengan lebar dan tebal bibir.
c.
Panjang perimeter lengkung
gigi berkorelasi bermakna dengan lebar dan panjang kurva bibir tetapi
tidak berkorelasi dengan jarak diagonal dan tebal bibir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Simon,
P.W., On Gnatostatic Diagnosis in Orthodontic, In. J. Orthod. Oral
Surg. and Radiol., 1924,10: 755-777.
2. Hambleton,
R., The Soft Tissue Coverring of The Skeletal Face as Related to
Orthodontic Problems, A. J. Orthod., 1964, 50: 405-420.
3. Shapiro,
PA., Mandibular Dental Arch Form and Demension, Am. J. Orthod., 1974,
66: 58-69.
4. Merz,
M.L., Isaacson, R.J., Germane, N. dan Rubenstein, L.K., Tooth Diameters
and Arch Perimeters in A Black and White Population, Am. J. Orthod.
Dentofac. Orthop., 1991, 100: 53-58.
5. Neger,
M., A Quantitative Methode for The Evaluation of The Soft Tissue
Profile, Am. J. Orthod., 1959, 45: 738-751.
6. Derrick
B.J., The Assessmentof The Nutritional Status of The Community,
World Health Organization, Geneva, 1966, 10 – 94.
7. Martorell,
R., Measuring The Impact of Nutrition on Intervention on Physical
Growth, in David, E., Sahn, Lockwood, R., dan Navin S. (Eds.)
Methode For The Evaluation of The Impact of Food and Nutrition
Programs, The United National University, Tokyo. 1983, 35-56.
8. Naidu,
A.N., Neela, J. dan Rao, N.P., Maternal Body Mass Index and Birth
Weight,. Nutrition News, 1991, 12.
9. Burstone,
C.J., The Integumental Profile, Am .J. Orthod., 1958, 44: 1-25
10.
Subtelny, J.D., A Longitudinal
study of The Facial Structur and Their Profil Characteristic, Am. J.
Orthod., 1959, 45: 481-507.
11.
Peck, S., Peck, L dan Kataja,
M., Some Vertical Lineament of Lip Position. Am.J. Orthod. Dentofac.
Orthop., 1992, 101: 519-524.
12.
Farkas, L.G., Katic, M.J.,
Hreczko, T.A., Deutsch, C. dan Munro,I.R., Anthropometric Proportions in
The Upper Lip – Lower Lip Area of The Lower Face in Young White Adults.
Am. J. Orthod., 1984, 86: 52-50.
13. Hillesund,
E., Fjeld, D., dan Zachrisson, B.U., Reliability of The Soft Tissue
Profil in Chephalometrices, Am. J. Orthod., 1978, 74:
537-550.
|
|
|