ABSTRAK
Gigitan silang gigi depan jika dibiarkan
berkembang akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan maksila dan
tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan sehingga dapat
menjadi maloklusi skeletal kelas III yang sangat merusak penampilan
wajah. Perawatan sangat perlu dilakukan pada usia dini sejak periode
gigi susu. Dua kasus maloklusi pseudo kelas III dengan gigitan silang
gigi depan pada periode gigi susu telah dirawat menggunakan dataran
gigitan miring akrilik yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah.
Maloklusi dapat terkoreksi dalam waktu 2-3 bulan, oklusi dapat
dikembalikan kerelasi normalnya dan tetap dalam keadaan normal saat
dilakukan observasi ketika semua gigi depan permanen telah erupsi.
Kata kunci : Gigitan silang gigi depan,
periode gigi susu, dataran gigitan miring cekat
Abstracts
Untreated anterior crossbite
will be able to inhibit the maxillary growth and subsequent
uncontrolled forward growth of the mandible can lead to class III
skeletal malocclusion and therefore an unattractive appearance. Care
needs to be done at a very early age and can be started during
primary dentition period. Two cases of pseudo
class III malocclusion with anterior cross bite of primary dentition
have been treated using fixed acrylic bite plane
mounted on the lower front teeth. Malocclusion can be corrected in
2-3 months, and normal occlusion can be restored and remained stable
when all the
Keywords: Anterior crossbite, primary dentition period,
fixed bite plane
PENDAHULUAN
Gigitan silang gigi depan (anterior
crossbite) didefinisikan sebagai gigitan dengan keseluruhan atau
beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu maupun gigi permanen berada
pada posisi lingual dalam hubungannya terhadap gigi depan bawah.1,2,3
Keadaan ini seharusnya menjadi keprihatinan yang sangat besar
bagi setiap keluarga terutama orang tua dimulai sejak tahap awal
periode tumbuh kembang gigi anak, karena keadaan ini jika dibiarkan
dapat mengakibatkan gangguan estetika dan fungsional yang sangat serius
bagi perkembangan anak dikemudian hari, tetapi di masyarakat kita hal
ini kurang menjadi perhatian.
Jika keadaan ini melibatkan keseluruhan gigi depan, dari
gigi kaninus sampai kaninus keadaan tersebut disebut sebagai gigitan
silang menyeluruh (full anterior cross bite) sedangkan jika hanya
melibatkan satu atau beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang
individual (individual anterior cross bite). Pada keadaan awal,
pada periode gigi susu adanya gigitan silang gigi depan ini
mengakibatkan mandibula dipaksa berada pada posisi lebih kedepan
terhadap posisi maksila sedangkan bentuk dan ukuran mandibula biasanya
masih normal, keadaan ini juga disebut sebagai maloklusi pseudo kelas
III. Jika keadaan ini tidak segera dirawat dan dibiarkan berkembang,
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan dapat
mempengaruhi integritas rahang yaitu terhambatnya pertumbuhan maksila
dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan sehingga kelainan
crossbite anterior ini akan melibatkan tulang rahang. Keadaan ini
disebut sebagai maloklusi kelas III skeletal yang sejati (true
skeletal class III).4,5
Perawatan gigitan silang gigi depan, baik karena faktor
dentoalveolar maupun sudah melibatkan skeletal sangat dianjurkan
dilakukan sedini mungkin dari sejak periode gigi susu atau periode gigi
campuran walaupun perawatan dini ini tidak menjamin dikemudian hari
tidak perlu dilakukan perawatan ortodontik lagi. Tujuan dari perawatan
dini pada maloklusi tipe ini adalah hanya untuk mengoreksi gigitan
silang gigi anterior yang dikemudian hari sering mengakibatkan
terbentuknya maloklusi kelas III sejati yang dapat sangat serius
mengganggu estetika penampilan gigi-geligi dan
wajah serta menghambat efektifitas fungsi gigi sebagai organ
pengunyah dan bicara. Keadaan ini hanya mungkin dikoreksi dengan
parawatan interdisipliner yaitu kerjasama antara tindakan bedah
ortognasi dan perawatan ortodontik.1
Tidak banyak dijumpai kasus gigitan
silang gigi depan pada gigi susu yang di bawa oleh orang tua ke tempat
praktek untuk mendapat perawatan, mungkin karena ketidakmengertian para
orang tua, kesulitan mengajak anak ke dokter gigi karena rasa takut anak
akan perawatan yang akan dilakukan atau anggapan bahwa kelainan pada
gigi susu tidak penting karena dikemudian hari akan diganti dengan gigi
permanen, juga mungkin karena insiden kasusnya memang sedikit. Walaupun
demikian mengingat dampak maloklusi yang mungkin ditimbulkan pada anak
dikemudian hari, hal ini seharusnya menjadi tanggung jawab profesional
para dokter gigi anak dan para ortodontis untuk memberi edukasi kepada
orang tua agar segera sedini mungkin memeriksakan jika menjumpai
kelainan ini pada anaknnya.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus
gigitan silang gigi anterior baik pada periode gigi susu maupun periode
gigi campuran (mixed dentition) dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, seperti penggunaan bilah lidah (tongue
blades), mahkota dari logam (reversed stainless steel crown),
lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded resin
composite slopes), alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z
springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan rahang bawah
dengan dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite
plane) atau disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl (Bruckl
appliance) penggunaan dataran miring cekat dari
akrilik pada rahang bawah (lower fixed acrylic inclined bite planes)
yang juga disebut sebagai Catlans appliance atau menggunakan
alat cekat partial braces .7,8,9,10
Penggunaan bilah lidah hanya efektif untuk pasien-pasien
yang kooperatif, pada penggunaan alat ini tidak memungkinkan didapatkan
kontrol besar dan arah kekuatan yang digunakan ketika alat dipakai.
Demikian juga pada penggunaan alat ortodontik lepasan walaupun dengan
cara ini pemberian kekuatan dapat lebih terkontrol tetapi kemampuan anak
untuk dapat memakai alat ini sangat diragukan. Penggunaan mahkota logam
pernah dilaporkan sukses dapat mengoreksi gigitan silang gigi depan
tetapi mempunyai dua kerugian yaitu penampilan yang kurang estetis dan
keterbatasan penyesuaian lereng yang sudah dibentuk dengan pengecoran.
Sedangkan pada penggunaan lereng dari bonded resin komposite
walau dapat sukses mengoreksi cross bite anterior dan dengan estetik
yang cukup baik tetapi kesulitan terletak pada penghilangan komposit
dari permukaan mahkota yang dibonding tanpa menimbulkan kerusakan pada
email gigi10.
Tujuan dari laporan kasus ini adalah
untuk membahas perawatan ortodontik dua kasus gigitan silang penuh gigi
susu, menggunakan dataran gigitan miring dari resin akrilik (Catlans
appliance) yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah.
TINJAUAN PUSTAKA
Insiden kasus-kasus gigitan silang gigi
depan distribusinya sangat ditentukan oleh faktor etnik khususnya pada
orang Jepang dijumpai sangat tinggi sampai mendekati 10 % sedangkan pada
ras kulit putih sangat sedikit, kurang dari 1%. Pada anak-anak di China
diperkirakan mencapai 2-3 %, sedangkan di USA pernah dilaporkan bahwa
sebanyak 3% kasus-kasus gigitan silang gigi depan telah tercatat pada
pasien-pasien ortodontik,5,6,7 di Indonesia belum diketahui
secara pasti persentase kasus ini, perkiraan mungkin juga bisa mencapai
2-3 % seperti di China.
Sebagai etiologi, kasus-kasus gigitan silang pada
maloklusi pseudo kelas III ini selain faktor genetik dapat terjadi
karena (1) faktor dental yaitu erupsi ektopik gigi insisvus sentral
atas dan tanggal prematurnya gigi molar susu, (2) faktor fungsional
seperti anomali posisi lidah, ganguan neuromuskular dan saluran
pernafasan, (3) faktor skeletal berupa diskrepansi transversal ringan
pada tulang maksila.6
Gigitan silang pada gigi anterior selain dapat mengganggu
estetika penampilan gigi-geligi dan wajah dapat pula mengakibatkan
beberapa gangguan lain seperti terjadinya keausan pada email permukaan
labial gigi insisivus atas, kompensasi gigi insisivus bawah terhadap
posisi mandibula, dapat juga mengakibatkan tipisnya plat tulang alveolar
dibagian labial dan/ atau terjadinya resesi gingiva.1,7,11
Perawatan gigitan silang gigi depan secara dini sangat
disarankan agar memungkinkan gigi-gigi insisivus permanen erupsi
mencapai oklusi yang benar pada waktunya serta mencegah gigi-gigi
mengalami keausan yang tidak normal, tekanan gigitan yang tidak terarah
terhadap jaringan priodontal, penyimpangan perkembangan tulang alveolar
dan pertumbuhan yang tidak seimbang pada kondilus.12
Pada saat perencanaan perawatan, analisis
ketersediaan ruang yang cukup untuk gigi-gigi yang mengalami gigitan
silang sangat penting untuk dilakukan agar gigi tersebut dapat melompat
menempati posisi normalnya, tetapi perawatan yang dilakukan pada periode
gigi susu yaitu pada anak umur sekitar 2-5 tahun terutama menjelang
gigi permanen erupsi keterbatasan ruang sangat jarang dijumpai karena
rahang telah bekembang untuk mengakomodasi erupsinya gigi permanen
pengganti yang ukurannya lebih besar kecuali pada gigi premolar.13
Kesulitan yang mungkin dihadapi pada anak sekitar umur 2
– 4 tahun adalah anak sedang menjalani keadaan emosi yang tidak
menyenangkan (terrible two’s) karena tingkah lakunya yang tidak
kooperatif dan sering menjengkelkan. Pada saat periode perkembangan
emosi ini, anak selalu bergerak tidak pernah diam
dan konflik selalu terjadi dengan
saudara kandung, pengasuh dan orang tua.14
Beberapa jenis alat ortodontik pernah
disarankan untuk merawat maloklusi dengan gigitan silang pada gigi
depan. Penggunaan salah satu dari masing-masing alat tersebut harus
mempertimbangkan pelbagai hal agar alat ortodontik tersebut dapat
efektif untuk mengoreksi maloklusi, seperti berdasarkan (1) jumlah gigi
depan yang terlibat yaitu yang bersifat menyeluruh atau individual, (2)
periode tumbuh kembang gigi yaitu periode gigi susu atau periode gigi
campuran, (3) pertimbangan umur berkaitan dengan kemampuan dan tingkat
kooperatif pasien memakai alat tersebut, selain itu juga (4)
pertimbangan estetik.
Penggunaan bilah lidah (tongue
blade)
merupakan cara klasik yang paling mudah dilakukan
akan efektif apabila dilakukan pada fase awal erupsi gigi insisivus
permanen, hanya saja dengan cara ini ketika alat di pakai, besar dan
arah penggunaan kekuatan tidak terkendali. Tingkat keberhasilan
penggunaan alat ini sangat ditentukan oleh tingkat kooperatif pasien
untuk bekerja sama mentaati aturan cara dan waktu penggunaannya yang
dalam banyak kasus sangat sulit untuk didapatkan.10
Gambar 1.
Bilah lidah (tongue blade) untuk koreksi
gigitan silang pada gigi depan10
Penggunaan lereng
dari resin komposit yang yang dibonding (bonded resin composite
slopes) dapat dengan mudah mengoreksi gigitan silang individual
gigi depan permanen dalam waktu singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada
jaringan periodontal.8
Gambar 2. Gigitan silang gigi depan dikoreksi dengan lereng dari
resin komposit (bonded resin composite slopes) 8
Penggunaan dataran miring cekat dari akrilik pada
rahang bawah (lower fixed acrylic inclined bite plane)
yang juga disebut sebagai Catlans appliance
juga merupakan pilihan lain yang dilaporkan sangat efektif digunakan
mengoreksi gigitan silang gigi depan baik pada periode gigi susu maupun
periode gigi campuran.7
Gambar 3. Dataran miring cekat akrilik pada rahang
bawah (lower
fixed acrylic inclined bite planes/Catlans
appliance) 7
Penggunaan alat lepasan Hawley appliance
yang dilengkapi dengan Z springs dapat dijadikan pilihan jika
pasien kooperatif dan sudah mampu memakai alat lepasan di dalam mulut
terutama pada pasien anak-anak usia remaja 6-13 tahun.10
Gambar 4. Howley appliance yang dilengkapi dengan Z springs10
Koreksi gigitan silang gigi anterior pada periode gigi susu dan gigi
campuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodontik lepasan
dengan dataran gigitan miring yang disebut sebagai
Bruckl appliance merupakan alat fungsional sederhana pada
rahang bawah yang bekerja pada dataran miring mengoreksi gigitan silang
pada gigi depan, dapat berfungsi sebagai alat retensi setelah perawatan
aktif selesai dan dapat ditambahkan gigi jika diperlukan sebagai gigi
palsu pengganti gigi yang tanggal terlalu dini.2
Gambar 5.
Alat ortodontik lepsan dengan dengan dataran
miring rahang bawah (Bruckl appliance) 2
Balters bionantor dapat digunakan dengan efektif untuk mengoreksi
maloklusi pseudo kelas III pada periode gigi campuran,
koreksi maloklusi dental dapat dicapai dalam beberapa bulan pemakaian
alat dan stabilitas hasil perawatan memindah posisi mesial mandibula dan
mengembalikan pertumbuhan mandibula kearah normal.6
Gambar 6. Balters bionantor digunakan untuk mengoreksi
maloklusi pseudo kelas III pada periode gigi campuran6
Alat
cekat braces yang menggunakan partial labial/lingual archwire
yang disebut sebagai alat cekat sederhana (simple fixed appliance)15
atau alat cekat sebagian berupa sistem braces 2x4
atau 2x6 (partial braces system).16
Alat ini dapat digunakan pada kasus-kasus gigitan silang gigi insisvus
permanen pada periode gigi campuran juga merupakan alternatif pilihan
yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien-pasien yang tidak
kooperatif memakai alat lepasan.
Gambar 7. Alat cekat braket sebagian (partial braces) 2x416
Laporan
KASUS
Kasus I
Seorang ibu datang ke tempat praktek pribadi mengantar anaknya laki-laki
umur 4 tahun 2 bulan, dengan keluhan gigi depan atas masuk dibelakang
gigi depan bawah, seperti halnya terjadi pada kedua kakaknya yang sedang
mendapat perawatan ortodontik dengan kasus yang sama. Anaknya minta
sendiri untuk dipasang alat seperti kakaknya.
Pemeriksaan klinis:
Anak sangat kooperatif,
tidak ada bad habit. Ekstra oral, muka tampak simetris,
profil agak cekung, dagu sedikit maju. Intra oral : Semua gigi susu
sudah erupsi penuh, tidak kada karies. Gigi molar pertama permanen
belum erupsi, relasi molar pertama gigi susu kelas III Angle, relasi
gigi anterior dari gigi kaninus sampai kaninus crossbite, lengkung gigi
rahang bawah sedikit lebih besar dari rahang atas.
Diagnosis : Maloklusi Angle kelas III, (pseudo kelas III) disertai
dengan full crossbite gigi anterior karena faktor genetik.
Gambar 8. Foto wajah, profil dan gigi pasien kasus I sebelum perawatan
Rencana perawatan: Ditetapkan untuk dirawat dengan
alat cekat mandibular fixed inclined bite
plane yang dibuat dari clear transparent acrylic
orthoplast. Pemilihan alat ini dengan pertimbangan tidak mudah
dilepas oleh pasien, tidak memenuhi mulut, pemakaiannya tidak memerlukan
perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya. Dilakukan
pencetakan rahang atas dan bawah dengan sendok cetak ukuran kecil (untuk
anak-anak) untuk pembuatan model studi dan model kerja, anak sangat
kooperatif saat dicetak.
Gambar 9. Foto
Mandibular fixed inclined bite plane untuk pasien kasus I
Gambar 10.
Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dipasang
Perawatan: Pemasangan alat dilakukan dengan disemen Zn Phosphat pada
gigi depan bawah dengan kemiringan 45o terhadap bidang
oklusal, ketika dipasang gigi posterior tampak tidak kontak berjarak
sekitar 0,5 cm. Monitoring kemajuan perawatan dilakukan dengan
observasi “jumping” gigi depan atas setiap kontrol dua minggu
sekali. Instruksi pada pasien, mengunyah makanan supaya dilakukan pada
gigi depan.
Gambar 11. Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dilepas
Gambar 12. Foto wajah dan gigi pasien kasus I dua
minggu setelah alat dilepas
Hasil perawatan : Kontrol dua minggu pertama,
ibunya melaporkan tidak ada masalah, anak tidak kesulitan ketika alat
dipakai makan. Pada kontrol dua minggu II, gigi atas belum jumping,
anak tampak sangat kooperarif tidak merasa terganggu dengan adanya
alat tersebut dalam mulut. Pada kontrol dua minggu ke III, gigi anterior
atas tampak sudah jumping, tapi diputuskan untuk dilepas pada
kontrol berikutnya. Pada kontrol dua minggu IV, alat dilepas dengan
pengeburan plat akrilik dibagian labial gigi depan kemudian dicungkil
dengan waxmesh, pelepasan alat sedikit mengalami kesulitan karena
plat bagian labial agak tebal, tetapi ini sangat dibantu oleh anaknya
yang sangat kooperatif. Setelah dilepas didapatkan crossbite terkoreksi
tapi gigi depan tampak openbite, gingiva tampak merah karena
peradangan, diobati dengan yodgliserin. Pada kontrol dua minggu V,
Didapatkan openbite menghilang, gigitan normal dengan overjet
dan overbite sekitar 1 mm. Observasi setelah dua tahun kemudian,
ke empat gigi insisivus permanen atas dan bawah telah erupsi penuh
dengan ovejet dan overbite normal, relasi gigi molar pertama kelas I
Angle. Instruksi kepada orang tuanya, anak akan diobservasi kembali
setelah berumur 13-14 tahun, yaitu setelah semua gigi permanen erupsi
kecuali gigi molar 3.
Kasus II
Sepasang suami isteri, datang ketempat praktek pribadi atas saran orang
tua dari pasien kasus I, menghantarkan anaknya, anak pertama, perempuan
umur 3 tahun 4 bulan dengan keluhan gigi depan gigitannya terbalik.
Orang tua anak tidak menunjukkan profil muka kelas III, profil orang
tua dari bapak dan ibunya tidak jelas diketahui.
Pemeriksaan klinis: Ekstra oral, pasien sangat tidak kooperatif, tidak
mau membuka mulut, sangat takut untuk diperiksa, yang dapat dilakukan
pada awal kunjungan hanya perkenalan, pendekatan untuk menghilangkan
rasa takut dan pemeriksaan umum serta pencatatan identitas. Pengamatan
pada muka tampak normal simetris, profil normal, dagu posisi normal
terhadap rahang atas. Tidak ada bad habit. Pemeriksaan gigi dan
pencetakan tidak bisa dilakukan, ditunda sampai 6 kali kunjungan karena
pasien takut ketika diperiksa, pada kunjungan ke tujuh pasien baru mau
membuka mulut untuk diperiksa dan bisa diyakinkan bahwa diperiksa tidak
sakit, pasien belum mau dicetak. Hasil pemeriksaan intra oral : semua
gigi susu sudah erupsi penuh. Gigi molar pertama permanen belum erupsi,
tidak ada karies, hubungan molar pertama gigi susu kelas III Angle,
gigitan gigi depan terbalik.
Diagnosis : Maloklusi Angle kelas III, (pseudo kelas III) disertai
dengan full crossbite gigi anterior. Etiologi tidak jelas, diduga
karena faktor genetik atau gangguan saat erupsi.
Gambar 13. Foto wajah, profil dan gigi pasien kasus II sebeum perawatan
Rencana perawatan: Pada kunjungan ke delapan pasien sudah tidak takut
untuk dicetak, sendok cetak ukuran kecil masih sulit masuk ke mulut,
pencetakan berhasil dilakukan dengan memakai sendok makan dari plastik
(sendok bebek). Pencetakan dilakukan untuk pembuatan model studi dan
model kerja. Pasien ditetapkan untuk dirawat dengan alat cekat
mandibular fixed inclined bite plane yang dibuat dari clear
transparent acrylic orthoplast . Pelat pada permukaan labial gigi
dibuat lebih tipis agar lebih mudah dibelah pada saat akan dilepas.
Gambar 14. Foto Mandibular fixed
inclined bite plane untuk pasien kasus II
Gambar
15. Foto wajah dan gigi pasien kasus II ketika alat dipasang
Perawatan: Alat dipasang pada gigi depan bawah, disemen dengan
kemiringan 45o terhadap bidang oklusal. Ketika dipasang, gigi
posterior tampak tidak kontak berjarak sekitar 10 mm. Monitoring
kemajuan perawatan dilakukan dengan observasi setiap kontrol dua minggu
sekali. Instruksi pada pasien, mengunyah makanan supaya dilakukan pada
gigi depan.
Gambar 16. Foto wajah dan gigi pasien kasus II menjelang alat dilepas
Gambar 17. Foto gigi pasien kasus II ketika alat sudah dilepas
Hasil perawatan: Kontrol dua minggu pertama, ibunya melaporkan anaknya
sangat gelisah pada waktu tidur malam hari dari saat alat mulai
dipasang sampai sekitar 3 hari, selanjutnya tidak ada masalah anak
tidak kesulitan ketika alat dipakai untuk makan. Pada kontrol dua minggu
II, gigi atas belum jumping, open bite diregio posterior mengecil
menjadi sekitar 0,5 mm. Anak tampak sudah kooperarif tidak
merasa terganggu dengan adanya alat tersebut dalam mulut. Pada kontrol
dua minggu ke III, gigi anterior atas tampak sudah jumping, gigi
posterior kanan kiri sudah kontak. Diputuskan alat dilepas pada kontrol
berikutnya. Pada kontrol dua minggu ke IV, alat dilepas dengan
pengeburan plat akrilik dibagian labial gigi depan kemudian dicungkil
dengan waxmesh, pelepasan alat tidak ada kesulitan karena tebal
pelat dibagian labial sudah dibuat tipis. Setelah dilepas didapatkan
crossbite terkoreksi, gigitan normal dengan overjet 1mm dan
overbite 2mm, gigi posterior sedikit open. Gingiva diregio
anterior bawah meradang, diobati dengan yodgliserin. Pada kontrol dua
minggu ke V, peradangan sudah sembuh, gigitan gigi anterior normal
overjet 1mm dan overbite tetap 2mm, gigi posterior sudah
kontak, relasi gigi molar pertama kelas I Angle. Observasi setelah dua
tahun kemudian, keempat gigi insisivus permanen atas dan bawah telah
erupsi penuh dengan overjet dan overbite normal, relasi gigi molar
pertama permanen kelas I Angle. Instruksi kepada orang tuanya, anak akan
diobservasi kembali setelah berumur 13-14 tahun yaitu setelah semua
gigi permanen erupsi kecuali gigi molar 3.
Gambar 18. Foto wajah dan gigi pasien kasus II dua minggu setelah alat
dilepas
PEMBAHASAN
Kasus gigitan silang gigi depan sangat penting untuk mendapat perawatan
sedini mungkin karena akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke anterior.
Keadaan ini mengakibatkan kelainan akan dapat berkembang menjadi
maloklusi kelas III skeletal sejati yang sangat merusak penampilan wajah
dan perawatannya dapat menjadi lebih sulit jika nantinya membutuhkan
tindakan bedah selain perawatan ortodontik. Edukasi kepada masyarakat
sangat perlu dilakukan terutama kepada ibu-ibu sejak anaknya bersekolah
di taman kanak-kanak, bahwa perawatan gigitan silang jika dijumpai dapat
dilakukan sejak periode gigi susu. Perawatan gigitan silang pada gigi
depan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan metode atau macam alat
yang dipakai. Perawatan menggunakan dataran gigitan miring dari akrilik
yang dipasang secara cekat pada gigi depan rahang bawah dapat sangat
mudah diadaptasi oleh anak pada usia dini (periode gigi susu) sedangkan
faktor kesulitan yang mungkin dihadapi pada tahap awal adalah mengatasi
rasa takut anak berhadapan dengan dokter gigi. Perawatan aktif dapat
dilakukan dalam waktu singkat sekitar 2-3 bulan dan dengan biaya yang
tidak mahal dibandingkan jika perawatan dilakukan pada usia dewasa.
Tujuan perawatan hanya untuk meloncatkan gigi depan atas ke posisi
normalnya sehingga hubungan mandibula terhadap maksila dapat kembali
normal sebelum terjadi distorsi pertumbuhan tulang rahang. Hasil
perawatan dapat mengembalikan relasi rahang dan oklusi gigi
kehubungannya yang normal dengan demikian kelainan pertumbuhan skeletal
ke arah yang lebih parah dapat dihindari. Observasi setelah gigi depan
permanen semua erupsi, didapatkan oklusi masih tetap dalam keadaan
normal. Untuk mengamati perkembangan lebih lanjut masih perlu dilakukan
observasi ketika nanti anak berumur 12-14 tahun yaitu pada saat gigi
permanen telah erupsi semua, kecuali gigi molar 3.
KESIMPULAN
Perawatan gigitan silang dengan menggunakan dataran gigitan miring cekat
dari akrilik pada rahang bawah dapat dilakukan dari sejak periode gigi
susu dengan hasil yang memuaskan. Perawatan dengan alat ini mempunyai
beberapa keuntungan: (1) pembuatannya mudah dan biaya tidak mahal. (2)
anak tidak kesulitan memakai karena dipasang secara cekat (3) tidak
perlu dilakukan perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya,
(4) tidak perlu dilakukan pengaktifan alat dan gigitan silang gigi depan
dapat terkoreksi secara cepat, (5) walaupun tidak menjamin tidak akan
dilakukan perawatan ortodontik lagi dikemudian hari, setidak-tidaknya
perkembangan kearah kelainan skeletal yang lebih parah dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Salzmannn JA. Orthodontics in Daily Practice, JB Lippincott
Company, Philadelphia,1974; 211-245.
2.
Jirgensone I, Liepa A, dan Abeltins A. Anterior Crossbite Correction in
Primary and Mixed Dentition with Removable Inclined Plane (Bruckl
Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4), 140-144.
3.
Nakasima A, Ichinose M, Nakata S. Genetic and Inveronmental factors in
Development of So-called Pseudo and True Mesioclusions.
Am J Orthod Denthofac Orthop,
1986; 90: 106-116.
4.
Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic Criteria for Pseudo Class III Malocclusion.
Am J Orthod Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9.
5.
Nakasima A, Ichinose M dan Nakata S. Hereditary Factors in The
Craniofacial Morphology of Angle Class II and Class III Malocclusion.
Am J Orthod Denthofac Ortho, 1982; 82:150-156.
6.
Giancotti A, Masselli A, Mampieri G dan Spano E. Pseudo Class III
Malocclusion Treatmenth with Balter’s Bionator. JO, 2003; 30:
203-215.
7.
Valentine F dan Howitt JW. Implications of early anterior crossbite
correction, Journal of Dentistry for Children, 1970; 37 (5)
:420–427.
8.
Bayrak S dan Tunc ES. Treatment of anterior dental crossbite using
bonded resin-composite slopes: case reports, European Journal of
Dentistry2008; 2: 303–307.
9. Olsen
CB. Anterior crossbite correction in uncooperative or disabled children.
Case reports, Australian Dental Journal, 1996; 41 (5): 304–309.
10.
Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment option for a “Peg
lateral” in crossbite : A Case report, IJCD, 2011; 2 (2): 25-27.
11.
Skeggs RM dan Sandler PJ, Rapid correction of anterior crossbite
using a fixed appliance: a case report, Dental Update, 2002, 29,
(60): 299–302.
12. Lee BD.
Correction of crossbite, Dental Clinics of North America, 1978;
22 (4): 647-668.
13. Melson
B, Attina L, Santuari M dan Attena. Relationshps between
swallow
pattern,
mode of respiration and development of malocclusion, Angle Orthod,
1987;
57(2): 113-120.
14.
Proffit WR , Fields HW, Ackerman JL, Bailey LTJ dan Tulloch JFC.
Contemporary Orthodontics, 3rd Edition, Mosby, St Louis,
Misouri, USA, 2000; 24-113.
15. Asher
RS, Kuster CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite correction
using a simple fixed appliance : Case report. Pedeatr Dent. 1986;
8 (1): 53-55
15.
Asher RS, Kuster CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite
correction using a simple fixed appliance : Case report. Pedeatr
Dent. 1986; 8 (1): 53-55
16.
Hesse K, Major P, Nebbe B dan Dunncan M. Align: Orthodontics imagine the
posihbelities, Website;
http://www.alignortho.com/Portals/0/2x4%20AND%202x6%20APPLIANCE.pdf.
Diunduh pada 10 Okt. 2011.