Situs pribadi drg. Wayan Ardhana, MS. Sp.Ort (K)

 

<<<  .......................................Selamat datang di YAO_Ortholab.com.............Situs pribadi drg Wayan Ardhana, Ms, Sp.Ort.(K)...................Di sini anda akan mendapat informasi tentang Perawatan Gigi.......................................Perawatan Ortodontik........................Selamat menjelajahi situs kami..............................Ssemoga dapat bermanfaat bagi kita semua............................. Amin..............................  >>>
 

Klik Topik di bawah ini

Home
Tentang Kami
Staf Kami
Pelayanan Kami
Alat Ortodontik
Perawatan Ortodontik
Kasus Ortodontik
Kontak Pasien
Kontak Sejawat
Tip Profesi
Kontak Mahasiswa
Publikasi Ilmiah
Intermezzo
Galeri Foto
Yang baru hari ini
 

 

 

Berita dan Opini

Jogja graffiti
Problem sosial

Baliku cantik
Baliku,........oh,
Bali....sekali lagi

 

 

Web Link

 

UGM
FKG UGM

FKG-UGM  (new web)
OrtodonsiaFKG UGM
DentisiaFKG UGM
DentisiaFORUM
Web UGM
E-lisaUGM
Wikipedia

Website Teman
Sejawat :

drg. Cendrawasih AF.
drg. Ika Dewi Ana Phd.

 

Publikasi Ilmiah..............................
Secara berkala karya ilmiah kami sajikan dalam ruang ini, materinya dapat berupa hasil penelitian kami, studi pustaka, atau karya tulis lainnya yang kami kutip dari pelbagai sumber yang mungkin dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan . Silahkan simak sajian berut ini.......

 

  Publikasi ilmiah 6 :
 Edisi  ini menyajikan karya tulis
 
drg Wayan Ardhana,MS.SpOrt.
  Bagian Ortodonsia FKG UGM

 

 

PERAWATAN GIGITAN SILANG GIGI DEPAN PADA GIGI SUSU DENGAN DATARAN GIGITAN MIRING AKRILIK CEKAT

(Laporan Kasus)

Wayan Ardhana

 Bagian Ortodonsia FKG UGM, Program Studi  Ortodonsia PPDGS FKG UGM
 

Etika ilmiah : jika anda menggunakan materi makalah ini untuk bahan publikasi atau bahan kuliah ditempat lain akan sangat bijaksana jika anda minta izin kepada kami dan menulis sumbuer ini sebagai referensi, Terimakasih

 

ABSTRAK

Gigitan silang gigi depan jika dibiarkan berkembang akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan sehingga dapat menjadi  maloklusi skeletal kelas III yang sangat merusak penampilan wajah. Perawatan sangat perlu dilakukan pada usia dini sejak periode gigi susu. Dua kasus maloklusi pseudo kelas III dengan gigitan silang gigi depan pada periode gigi susu telah dirawat menggunakan dataran gigitan miring akrilik yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah. Maloklusi dapat terkoreksi dalam waktu 2-3 bulan, oklusi dapat dikembalikan kerelasi normalnya dan tetap dalam keadaan normal saat dilakukan observasi  ketika semua gigi depan permanen telah erupsi.

Kata kunci : Gigitan silang gigi depan, periode gigi susu,  dataran gigitan miring cekat

Abstracts

Untreated anterior crossbite will be able to  inhibit the  maxillary growth  and  subsequent uncontrolled forward  growth of  the mandible  can   lead  to class III skeletal malocclusion and  therefore  an unattractive appearance. Care needs to be done at a very early age and can be started during primary dentition period. Two cases of pseudo class III malocclusion with anterior  cross bite of primary dentition have been treated using  fixed acrylic  bite plane  mounted on the lower front teeth. Malocclusion can be corrected in 2-3 months, and  normal occlusion can be restored  and remained  stable  when all the

Keywords: Anterior crossbite, primary dentition period,  fixed bite plane
 

PENDAHULUAN

Gigitan silang gigi depan (anterior crossbite)  didefinisikan sebagai gigitan dengan keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu maupun gigi permanen berada pada posisi lingual dalam hubungannya terhadap gigi depan bawah.1,2,3  Keadaan ini seharusnya menjadi  keprihatinan yang sangat besar bagi setiap keluarga  terutama orang tua dimulai sejak tahap awal periode tumbuh kembang gigi anak, karena keadaan ini jika dibiarkan dapat mengakibatkan gangguan estetika dan fungsional yang sangat serius bagi perkembangan anak dikemudian hari, tetapi di masyarakat kita hal ini kurang menjadi perhatian.

Jika keadaan ini  melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus sampai kaninus keadaan tersebut disebut sebagai gigitan silang menyeluruh (full anterior cross bite) sedangkan jika hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang individual (individual anterior cross bite). Pada keadaan awal, pada periode gigi susu adanya gigitan silang gigi depan ini mengakibatkan mandibula dipaksa berada pada posisi lebih kedepan terhadap posisi maksila  sedangkan bentuk dan ukuran mandibula biasanya masih normal, keadaan ini juga disebut sebagai maloklusi pseudo kelas III. Jika keadaan ini tidak segera dirawat dan dibiarkan berkembang, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan dapat mempengaruhi integritas rahang yaitu terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan sehingga kelainan crossbite anterior ini akan melibatkan tulang rahang. Keadaan ini disebut sebagai  maloklusi  kelas III skeletal  yang sejati (true skeletal class III).4,5

Perawatan gigitan silang gigi depan, baik karena faktor dentoalveolar maupun sudah melibatkan skeletal sangat dianjurkan dilakukan sedini mungkin dari sejak periode gigi susu atau periode gigi campuran walaupun perawatan dini ini tidak menjamin dikemudian hari tidak perlu dilakukan perawatan ortodontik lagi. Tujuan dari perawatan dini pada maloklusi tipe ini adalah hanya untuk mengoreksi gigitan silang gigi anterior yang dikemudian hari sering mengakibatkan terbentuknya maloklusi kelas III sejati yang dapat sangat serius mengganggu estetika penampilan gigi-geligi dan wajah serta menghambat efektifitas fungsi gigi sebagai organ pengunyah dan bicara. Keadaan ini hanya mungkin dikoreksi dengan parawatan interdisipliner yaitu kerjasama antara tindakan bedah ortognasi dan perawatan ortodontik.1

Tidak banyak dijumpai kasus gigitan silang gigi depan pada gigi susu yang di bawa oleh orang tua ke tempat praktek untuk mendapat perawatan, mungkin karena ketidakmengertian para orang tua, kesulitan mengajak anak ke dokter gigi karena rasa takut anak akan perawatan yang akan dilakukan atau anggapan bahwa kelainan pada gigi susu tidak penting karena dikemudian hari akan diganti dengan gigi permanen, juga mungkin karena insiden kasusnya memang sedikit. Walaupun demikian mengingat dampak maloklusi yang mungkin ditimbulkan pada anak dikemudian hari, hal ini seharusnya menjadi tanggung jawab profesional para dokter gigi anak dan para ortodontis untuk memberi edukasi kepada orang tua agar segera sedini mungkin memeriksakan jika menjumpai kelainan ini pada anaknnya.

Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus gigitan silang gigi anterior baik pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran (mixed dentition) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, seperti penggunaan bilah lidah (tongue blades), mahkota dari logam (reversed stainless steel crown), lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded resin composite slopes), alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan  rahang bawah dengan dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite plane) atau disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl (Bruckl appliance) penggunaan dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah  (lower fixed acrylic inclined bite planes) yang juga disebut sebagai Catlans appliance atau menggunakan alat cekat partial braces .7,8,9,10

Penggunaan bilah lidah hanya efektif untuk pasien-pasien yang kooperatif, pada penggunaan alat ini tidak memungkinkan didapatkan kontrol besar dan arah kekuatan yang digunakan ketika alat dipakai. Demikian juga pada penggunaan alat ortodontik lepasan walaupun dengan cara ini pemberian kekuatan dapat lebih terkontrol tetapi kemampuan anak untuk dapat memakai alat ini sangat diragukan. Penggunaan mahkota logam pernah dilaporkan sukses dapat mengoreksi gigitan silang gigi depan tetapi mempunyai dua kerugian yaitu penampilan yang kurang estetis dan keterbatasan penyesuaian lereng yang sudah dibentuk dengan pengecoran. Sedangkan pada penggunaan lereng dari bonded resin komposite walau dapat sukses mengoreksi cross bite anterior dan dengan estetik yang cukup baik tetapi kesulitan terletak pada penghilangan komposit dari permukaan mahkota yang dibonding tanpa menimbulkan kerusakan pada email  gigi10.

Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk membahas perawatan ortodontik dua kasus gigitan silang penuh gigi susu, menggunakan dataran gigitan miring dari resin akrilik (Catlans appliance) yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah.

TINJAUAN PUSTAKA

Insiden kasus-kasus gigitan silang  gigi depan distribusinya  sangat ditentukan oleh faktor etnik khususnya pada orang Jepang dijumpai sangat tinggi sampai mendekati 10 % sedangkan pada ras kulit putih sangat sedikit, kurang dari 1%. Pada anak-anak di China diperkirakan mencapai 2-3 %, sedangkan di USA pernah dilaporkan bahwa sebanyak 3% kasus-kasus gigitan silang gigi depan telah tercatat pada pasien-pasien ortodontik,5,6,7 di Indonesia belum diketahui secara pasti persentase kasus ini,  perkiraan mungkin juga bisa mencapai 2-3 % seperti di  China.

Sebagai etiologi,  kasus-kasus  gigitan silang pada maloklusi pseudo kelas III ini selain faktor genetik dapat terjadi karena (1) faktor  dental yaitu erupsi ektopik gigi insisvus sentral atas dan tanggal prematurnya gigi molar susu, (2) faktor  fungsional seperti  anomali posisi lidah,  ganguan neuromuskular dan saluran pernafasan, (3) faktor skeletal berupa diskrepansi transversal ringan pada  tulang maksila.6

Gigitan silang pada gigi anterior selain dapat mengganggu estetika penampilan gigi-geligi dan wajah dapat pula mengakibatkan beberapa gangguan lain seperti terjadinya keausan pada  email permukaan labial gigi insisivus atas, kompensasi gigi insisivus bawah terhadap posisi mandibula, dapat juga mengakibatkan tipisnya plat tulang alveolar dibagian labial dan/ atau terjadinya resesi gingiva.1,7,11

Perawatan gigitan silang gigi depan secara dini sangat disarankan agar memungkinkan gigi-gigi insisivus permanen erupsi mencapai oklusi yang benar pada waktunya serta mencegah gigi-gigi mengalami keausan yang tidak normal, tekanan gigitan yang tidak terarah terhadap jaringan priodontal, penyimpangan perkembangan tulang alveolar dan  pertumbuhan yang tidak seimbang pada kondilus.12

Pada saat perencanaan perawatan, analisis ketersediaan ruang yang cukup untuk gigi-gigi yang mengalami  gigitan silang sangat penting untuk dilakukan agar gigi tersebut dapat melompat  menempati posisi normalnya, tetapi perawatan yang dilakukan pada periode gigi susu yaitu pada anak umur sekitar 2-5 tahun terutama menjelang  gigi permanen erupsi keterbatasan ruang sangat jarang dijumpai karena  rahang telah bekembang untuk mengakomodasi erupsinya gigi permanen pengganti yang ukurannya lebih besar kecuali pada gigi premolar.13            

Kesulitan yang mungkin dihadapi pada anak sekitar umur 2 – 4 tahun  adalah anak sedang menjalani keadaan emosi yang tidak menyenangkan (terrible two’s) karena tingkah lakunya yang tidak kooperatif dan sering menjengkelkan. Pada saat periode perkembangan emosi ini, anak selalu bergerak tidak pernah diam  dan konflik selalu terjadi dengan saudara kandung, pengasuh  dan orang tua.14    

Beberapa jenis alat ortodontik pernah disarankan untuk merawat maloklusi dengan gigitan silang pada gigi depan. Penggunaan salah satu dari masing-masing alat tersebut harus mempertimbangkan pelbagai hal agar alat ortodontik tersebut dapat efektif untuk mengoreksi maloklusi, seperti berdasarkan (1) jumlah gigi depan yang terlibat yaitu yang bersifat menyeluruh atau individual, (2) periode tumbuh kembang gigi yaitu periode gigi susu atau periode gigi campuran, (3) pertimbangan umur berkaitan dengan kemampuan dan tingkat kooperatif pasien memakai alat tersebut, selain itu juga (4) pertimbangan estetik.

Penggunaan bilah lidah (tongue blade) merupakan cara klasik yang paling mudah dilakukan akan efektif apabila dilakukan pada fase awal erupsi gigi insisivus permanen, hanya saja dengan cara ini ketika alat di pakai, besar dan arah penggunaan kekuatan tidak terkendali. Tingkat keberhasilan penggunaan alat ini sangat ditentukan oleh tingkat kooperatif pasien untuk bekerja sama  mentaati aturan cara dan waktu penggunaannya yang dalam banyak kasus sangat sulit untuk didapatkan.10

Gambar 1. Bilah lidah (tongue blade) untuk koreksi
                  gigitan silang pada gigi depan
10

Penggunaan  lereng dari resin komposit yang yang dibonding (bonded resin composite slopes) dapat dengan mudah mengoreksi gigitan silang individual gigi depan permanen dalam waktu singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan periodontal.8

Gambar 2. Gigitan silang gigi depan dikoreksi dengan lereng dari
resin komposit (bonded resin composite slopes) 8

Penggunaan dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah  (lower fixed acrylic inclined bite plane)   yang juga disebut sebagai Catlans appliance juga merupakan pilihan lain yang dilaporkan sangat efektif digunakan mengoreksi gigitan silang gigi depan baik pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran.7

Gambar 3. Dataran miring cekat akrilik pada rahang bawah (lower
fixed acrylic inclined bite planes/Catlans appliance)
7

Penggunaan alat lepasan Hawley appliance yang dilengkapi dengan Z springs dapat dijadikan pilihan jika pasien kooperatif dan sudah mampu memakai alat lepasan di dalam mulut terutama pada pasien anak-anak usia remaja 6-13 tahun.10

Gambar 4. Howley appliance yang dilengkapi dengan Z springs10

Koreksi gigitan silang gigi anterior pada periode gigi susu dan gigi campuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat ortodontik lepasan dengan dataran gigitan miring yang disebut sebagai Bruckl appliance merupakan alat fungsional sederhana pada rahang bawah yang bekerja pada dataran miring mengoreksi gigitan silang pada gigi depan,  dapat berfungsi sebagai alat retensi setelah perawatan aktif selesai dan dapat ditambahkan gigi jika diperlukan sebagai gigi palsu pengganti gigi yang tanggal terlalu dini.2

Gambar 5. Alat ortodontik lepsan dengan dengan dataran
                  miring rahang bawah (Bruckl appliance) 2

Balters bionantor dapat digunakan dengan efektif untuk mengoreksi maloklusi pseudo kelas III pada periode gigi campuran, koreksi maloklusi dental dapat dicapai  dalam beberapa bulan pemakaian alat dan stabilitas hasil perawatan memindah posisi mesial mandibula dan mengembalikan pertumbuhan mandibula kearah normal.6

Gambar 6. Balters bionantor digunakan untuk mengoreksi
        maloklusi pseudo kelas III pada periode gigi campuran6

Alat cekat braces yang menggunakan partial labial/lingual archwire yang disebut sebagai alat cekat sederhana (simple fixed appliance)15 atau alat cekat sebagian berupa  sistem  braces 2x4 atau 2x6  (partial braces system).16 Alat ini dapat digunakan pada kasus-kasus gigitan silang gigi insisvus permanen pada periode gigi campuran juga merupakan alternatif pilihan yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien-pasien yang tidak kooperatif memakai alat lepasan.

        

Gambar 7. Alat cekat braket sebagian (partial braces) 2x416
 

Laporan KASUS

Kasus I

Seorang ibu datang ke tempat praktek pribadi mengantar anaknya laki-laki umur 4 tahun 2 bulan, dengan keluhan gigi depan atas masuk dibelakang gigi depan bawah, seperti halnya terjadi pada kedua kakaknya yang sedang mendapat perawatan ortodontik dengan kasus yang sama. Anaknya minta sendiri untuk dipasang alat seperti kakaknya.

Pemeriksaan klinis: Anak sangat kooperatif, tidak ada bad habit. Ekstra oral, muka tampak simetris, profil  agak cekung, dagu sedikit maju. Intra oral : Semua gigi susu sudah erupsi penuh, tidak kada karies. Gigi molar pertama  permanen belum erupsi, relasi molar pertama gigi susu kelas III Angle, relasi gigi anterior dari gigi kaninus sampai kaninus crossbite, lengkung gigi rahang bawah sedikit lebih besar dari rahang atas.

Diagnosis : Maloklusi Angle kelas III, (pseudo kelas III)  disertai dengan full crossbite gigi anterior karena faktor genetik.

Gambar 8. Foto wajah, profil dan gigi pasien kasus I sebelum perawatan 

Rencana perawatan: Ditetapkan untuk dirawat dengan alat cekat mandibular fixed inclined bite plane yang dibuat dari clear transparent acrylic orthoplast. Pemilihan alat ini dengan pertimbangan tidak mudah dilepas oleh pasien, tidak memenuhi mulut, pemakaiannya tidak memerlukan perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya. Dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah dengan sendok cetak ukuran kecil (untuk anak-anak) untuk pembuatan model studi dan model kerja, anak sangat kooperatif saat dicetak.

Gambar 9. Foto Mandibular fixed inclined bite plane untuk pasien kasus I

Gambar 10. Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dipasang

Perawatan: Pemasangan alat dilakukan dengan disemen Zn Phosphat pada gigi depan bawah dengan kemiringan 45o terhadap bidang oklusal, ketika dipasang gigi posterior tampak tidak kontak berjarak sekitar 0,5 cm.  Monitoring kemajuan perawatan dilakukan dengan observasi “jumping” gigi depan atas setiap kontrol  dua minggu sekali. Instruksi pada pasien, mengunyah makanan  supaya dilakukan pada gigi depan.

Gambar 11. Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dilepas

        

           Gambar 12. Foto wajah dan gigi pasien kasus I dua minggu setelah alat dilepas

Hasil perawatan : Kontrol dua minggu pertama, ibunya melaporkan tidak ada masalah, anak tidak kesulitan ketika alat dipakai makan. Pada kontrol dua minggu II, gigi atas belum jumping, anak tampak sangat kooperarif tidak merasa terganggu dengan adanya alat tersebut dalam mulut. Pada kontrol dua minggu ke III, gigi anterior atas tampak  sudah jumping, tapi diputuskan untuk dilepas pada kontrol berikutnya. Pada kontrol dua minggu IV, alat dilepas dengan pengeburan plat akrilik dibagian labial gigi depan kemudian dicungkil dengan waxmesh, pelepasan alat sedikit mengalami kesulitan karena plat bagian labial agak tebal, tetapi ini sangat dibantu oleh anaknya yang sangat kooperatif. Setelah dilepas didapatkan crossbite terkoreksi tapi gigi depan tampak openbite, gingiva tampak merah karena peradangan, diobati dengan yodgliserin. Pada kontrol dua minggu V, Didapatkan openbite menghilang, gigitan normal dengan overjet dan overbite sekitar 1 mm. Observasi setelah dua tahun kemudian,  ke empat gigi insisivus permanen atas dan bawah telah erupsi penuh  dengan ovejet dan overbite normal, relasi gigi molar pertama kelas I Angle. Instruksi kepada orang tuanya, anak akan diobservasi kembali  setelah berumur 13-14 tahun, yaitu  setelah semua gigi permanen erupsi kecuali gigi molar 3.

Kasus II

            Sepasang suami isteri, datang ketempat praktek pribadi atas saran orang tua dari pasien kasus I, menghantarkan anaknya, anak pertama, perempuan umur 3 tahun 4 bulan dengan keluhan gigi depan gigitannya terbalik. Orang tua anak  tidak menunjukkan profil muka kelas III, profil orang tua dari bapak dan ibunya tidak jelas diketahui.

Pemeriksaan klinis: Ekstra oral, pasien sangat tidak kooperatif, tidak mau membuka mulut, sangat takut untuk diperiksa, yang dapat dilakukan pada awal kunjungan hanya perkenalan, pendekatan untuk menghilangkan rasa takut dan pemeriksaan umum serta pencatatan identitas. Pengamatan pada muka tampak normal simetris, profil normal, dagu posisi normal terhadap rahang atas. Tidak ada bad habit.  Pemeriksaan gigi dan pencetakan tidak bisa dilakukan, ditunda sampai 6 kali kunjungan karena pasien takut ketika diperiksa, pada kunjungan ke tujuh pasien baru mau membuka mulut untuk diperiksa dan bisa diyakinkan bahwa diperiksa tidak sakit, pasien belum mau dicetak.  Hasil pemeriksaan intra oral : semua gigi susu sudah erupsi penuh. Gigi molar pertama permanen belum erupsi, tidak ada karies, hubungan molar pertama gigi susu kelas III Angle, gigitan gigi depan terbalik.

Diagnosis : Maloklusi Angle kelas III, (pseudo kelas III)  disertai dengan full crossbite gigi anterior. Etiologi tidak jelas, diduga karena faktor genetik atau gangguan saat erupsi.

Gambar 13. Foto wajah, profil dan gigi pasien kasus II sebeum perawatan

Rencana perawatan: Pada kunjungan ke delapan pasien sudah tidak takut untuk dicetak, sendok cetak ukuran kecil masih sulit masuk ke mulut, pencetakan berhasil dilakukan dengan memakai sendok makan dari plastik (sendok bebek). Pencetakan dilakukan untuk pembuatan model studi dan model kerja. Pasien ditetapkan untuk dirawat dengan alat cekat mandibular fixed inclined bite plane yang dibuat dari clear transparent acrylic orthoplast . Pelat pada permukaan labial gigi dibuat lebih tipis agar lebih mudah dibelah pada saat  akan dilepas.

Gambar 14. Foto Mandibular fixed inclined bite plane untuk pasien kasus II

Gambar 15. Foto wajah dan gigi pasien kasus II ketika alat dipasang

Perawatan: Alat dipasang pada gigi depan bawah, disemen dengan kemiringan 45o terhadap bidang oklusal. Ketika dipasang, gigi posterior tampak tidak kontak berjarak sekitar 10 mm.  Monitoring kemajuan perawatan dilakukan dengan observasi setiap kontrol  dua minggu sekali. Instruksi pada pasien, mengunyah makanan  supaya dilakukan pada gigi depan.

Gambar 16. Foto wajah dan gigi pasien kasus II menjelang  alat dilepas

Gambar 17. Foto gigi pasien kasus II ketika alat sudah dilepas

Hasil perawatan: Kontrol dua minggu pertama, ibunya melaporkan anaknya sangat gelisah pada waktu  tidur malam hari dari saat alat mulai dipasang sampai sekitar 3 hari,  selanjutnya tidak ada masalah anak tidak kesulitan ketika alat dipakai untuk makan. Pada kontrol dua minggu II, gigi atas belum jumping, open bite diregio posterior mengecil menjadi sekitar 0,5 mm.  Anak tampak sudah kooperarif tidak merasa terganggu dengan adanya alat tersebut dalam mulut. Pada kontrol dua minggu ke III, gigi anterior atas tampak  sudah jumping, gigi posterior kanan kiri sudah kontak. Diputuskan alat dilepas pada kontrol berikutnya. Pada kontrol dua minggu ke IV, alat dilepas dengan pengeburan plat akrilik dibagian labial gigi depan kemudian dicungkil dengan waxmesh, pelepasan alat tidak ada kesulitan karena tebal pelat dibagian labial sudah dibuat tipis. Setelah dilepas didapatkan crossbite terkoreksi, gigitan normal dengan overjet  1mm  dan overbite 2mm, gigi posterior sedikit open. Gingiva diregio anterior bawah meradang, diobati dengan yodgliserin. Pada kontrol dua minggu ke V, peradangan sudah sembuh, gigitan gigi anterior normal overjet 1mm dan overbite tetap 2mm, gigi posterior sudah kontak, relasi gigi molar pertama kelas I Angle. Observasi setelah dua tahun kemudian,  keempat gigi insisivus permanen atas dan bawah telah erupsi penuh  dengan overjet dan overbite normal, relasi gigi molar pertama permanen kelas I Angle. Instruksi kepada orang tuanya, anak akan diobservasi kembali  setelah berumur 13-14 tahun yaitu setelah semua gigi permanen erupsi kecuali gigi molar 3.

Gambar 18. Foto wajah dan gigi pasien kasus II dua minggu setelah  alat dilepas

PEMBAHASAN

Kasus gigitan silang gigi depan sangat penting untuk mendapat perawatan sedini mungkin karena akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke anterior. Keadaan ini mengakibatkan kelainan akan dapat berkembang menjadi maloklusi kelas III skeletal sejati yang sangat merusak penampilan wajah dan perawatannya dapat menjadi lebih sulit jika nantinya membutuhkan tindakan bedah selain perawatan ortodontik. Edukasi kepada masyarakat sangat perlu dilakukan terutama kepada ibu-ibu sejak anaknya bersekolah di taman kanak-kanak, bahwa perawatan gigitan silang jika dijumpai dapat dilakukan sejak periode gigi susu. Perawatan gigitan silang pada gigi depan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan metode atau macam alat yang dipakai. Perawatan menggunakan dataran gigitan miring dari akrilik yang dipasang secara cekat pada gigi depan rahang bawah dapat sangat mudah diadaptasi oleh anak pada usia dini (periode gigi susu) sedangkan faktor kesulitan yang mungkin dihadapi  pada tahap awal adalah mengatasi rasa takut anak berhadapan dengan dokter gigi. Perawatan aktif dapat dilakukan dalam waktu singkat sekitar 2-3 bulan dan dengan biaya yang tidak mahal dibandingkan jika perawatan dilakukan pada usia dewasa. Tujuan perawatan hanya untuk meloncatkan gigi depan atas ke posisi normalnya sehingga hubungan mandibula terhadap maksila dapat kembali normal sebelum terjadi distorsi pertumbuhan tulang rahang. Hasil perawatan dapat mengembalikan relasi rahang dan oklusi gigi kehubungannya  yang normal dengan demikian kelainan pertumbuhan skeletal ke arah yang lebih parah dapat dihindari. Observasi setelah gigi depan permanen semua erupsi, didapatkan oklusi masih tetap dalam keadaan normal. Untuk mengamati perkembangan lebih lanjut masih perlu dilakukan observasi ketika nanti anak berumur 12-14 tahun  yaitu pada saat gigi permanen telah erupsi semua,  kecuali gigi molar 3.

 

KESIMPULAN

Perawatan gigitan silang dengan menggunakan dataran gigitan miring cekat dari akrilik pada rahang bawah dapat dilakukan dari sejak periode gigi susu dengan hasil yang memuaskan. Perawatan dengan alat ini mempunyai beberapa keuntungan: (1) pembuatannya mudah dan biaya tidak mahal. (2) anak tidak kesulitan memakai karena dipasang secara cekat (3)  tidak perlu dilakukan perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya, (4) tidak perlu dilakukan pengaktifan alat dan gigitan silang gigi depan dapat terkoreksi secara cepat, (5) walaupun tidak menjamin tidak akan dilakukan perawatan ortodontik lagi dikemudian hari, setidak-tidaknya perkembangan kearah kelainan skeletal yang lebih parah dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

1.     Salzmannn JA. Orthodontics in Daily Practice, JB Lippincott Company, Philadelphia,1974; 211-245.

2.     Jirgensone I, Liepa A, dan Abeltins A.  Anterior Crossbite Correction in Primary and Mixed Dentition with Removable Inclined Plane (Bruckl Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4), 140-144.

3.     Nakasima A, Ichinose M, Nakata S. Genetic and Inveronmental factors in Development of So-called Pseudo and True Mesioclusions. Am J Orthod Denthofac Orthop, 1986; 90: 106-116.

4.     Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic Criteria for Pseudo Class III Malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9.

5.     Nakasima A, Ichinose M dan Nakata S. Hereditary Factors in The Craniofacial Morphology of Angle Class II and Class III Malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 1982; 82:150-156.

6.     Giancotti A, Masselli A, Mampieri G dan Spano E.  Pseudo Class III Malocclusion Treatmenth with Balter’s Bionator. JO, 2003; 30: 203-215.

7.     Valentine F dan Howitt JW. Implications of early anterior crossbite correction, Journal of Dentistry for Children, 1970; 37 (5) :420–427.

8.  Bayrak S dan Tunc ES.  Treatment of anterior dental crossbite using bonded resin-composite slopes: case reports, European Journal of Dentistry2008; 2: 303–307.

9.     Olsen CB. Anterior crossbite correction in uncooperative or disabled children. Case reports, Australian Dental Journal, 1996; 41 (5): 304–309.

10.  Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment option for a “Peg lateral” in crossbite : A Case report, IJCD, 2011; 2 (2): 25-27.

11.  Skeggs RM dan Sandler PJ, Rapid correction of anterior crossbite using a fixed appliance: a case report, Dental Update, 2002, 29, (60): 299–302.

12.  Lee BD. Correction of crossbite, Dental Clinics of North America, 1978; 22 (4): 647-668.

13.  Melson B, Attina L, Santuari M dan Attena. Relationshps between  swallow pattern, mode of respiration and development of malocclusion, Angle Orthod, 1987; 57(2): 113-120.

14.  Proffit WR , Fields HW, Ackerman JL, Bailey LTJ dan Tulloch JFC. Contemporary Orthodontics, 3rd Edition, Mosby, St Louis, Misouri, USA, 2000; 24-113.  15.  Asher RS, Kuster CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite correction using a simple fixed appliance : Case report. Pedeatr Dent. 1986; 8 (1): 53-55

15. Asher RS, Kuster CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite correction using a simple fixed appliance : Case report. Pedeatr Dent. 1986; 8 (1): 53-55

16.  Hesse K, Major P, Nebbe B dan Dunncan M. Align: Orthodontics imagine the posihbelities, Website; http://www.alignortho.com/Portals/0/2x4%20AND%202x6%20APPLIANCE.pdf. Diunduh pada 10 Okt. 2011.

 

Adobe Acrobat Reader 4.0 or higher is recommended to view these articles. If you do not currently have Adobe Acrobat Reader, click on the button to download your free copy of Acrobat Reader to view .pdf files.

 

 
bullet

 Lihat  Makalah Selanjutnya

bullet

 Komponen Penjangkar pada Alat Ortodontik Lepasan

bullet

 Penambahan Komponen Alat Cekat untuk Mengatasi Kesulitan pada Perawatan Ortodontik

bullet

 Hubungan antara Pengukuran Inklinasi Gigi Insisivus Sentral Secara Linier pada Model Studi

bullet

 Hubungan Status Gizi dan Dimensi Lengkung Gigi dengan Dimensi Bibir Atas

bullet

 Pengaruh Konfigurasi Bentuk Bengkokan Kawat Ortodontik dalam Plat Akrilik

bullet

 Perawatan Gigitan Silang Gigi Depan pada Gigi Susu dengan Dataran  Giditan  Miring Akrilik Cekat  (Laporan Kasus)
 

 

 
 

Anda memerlukan sesuatu ???, seperti bahan referensi, journal, textbook, atau apapun gunakan :

 
 

 
 
 

 

 

 | Home | Tentang Kami | Staf Kami | Pelayanan Kami | Alat Ortodontik | Kasus Ortodontik | Perawatan Ortodontik |
 
| KontakPasien | Kontak Sejawat |Tip Profesi
|  Kontak Mahasiswa | Publikasi Ilmiah  | Intermezzo  | Galeri Foto |
|
Berita dan Opini  I Yang baru hari ini |

     
 

Copyright ©  YAO Ortholab.com 2014